click to generate   your own text

Kirim Posting

Bapak dan Ibu dapat mengirim posting berupa Foto Kegiatan KBM, Foto Kegiatan Siswa, Artikel, Jurnal, Puisi, Karya Ilmiah dan Materi Pembelajaran, alamatkan posting melalui email anda ke alamat : smpn1lenteng.posting@ blogger.com atau ke email sekolah dengan alamat : Terima Kasih. Admin
Rabu, 18 Mei 2011
LEARNING CYCLE  PADA PEMBELAJARAN IPA

Oleh Dhadhang Eko Yulianto, S.Pd

Abstrak : Menurut konstruktivisme pembelajaran bermakna akan dialami jika siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang diperlukan. Learning cycle - sebagai bentuk implementasi konstruktivisme – menawarkan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari 3 tahap yakni eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Tahap eksplorasi dimulai dengan menghadapkan siswa pada sejumlah obyek/benda fisik untuk diamati, dikelompokkan, dikaitkan satu sama lain. Langkah ini berakhir dengan dihasilkannya sejumlah temuan / gagasan. Pada tahap pengenalan konsep, temuan yang telah dihasilkan siswa dipakai guru sebagai dasar memperkenalkan konsep-konsep terkait dengannya. Selanjutnya pada tahap aplikasi konsep, siswa diminta untuk menerapkan konsep yang telah dipahami pada situasi baru / berbeda. Keberhasilan penerapan learning cycle ini bergantung pada peran guru untuk mempersiapkan pelaksanaannya. Pemahaman guru atas posisi kemandirian belajar siswa menentukan kuantitas dan kualitas bimbingan yang perlu dilakukan guru demi terlaksananya kegiatan pembelajaran.


Kata Kunci : learning cycle (siklus belajar), eksplorasi, pengenalan konsep, aplikasi konep, belajar bermakna, konstruktivisme
Pendahuluan
            Pembelajaran adalah aktivitas yang melekat pada guru. Sebagai guru profesional, meningkatkan kualitas pembelajaran merupakan agenda yang harus selalu diutamakan. Jika hal ini dapat dilakukan dengan baik maka guru telah mengantarkan siswa untuk mengalami belajar bermakna. Pembelajaran bermakna dapat berlangsung jika siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang diperlukan. Tugas guru adalah membantu proses tersebut dengan memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide (Nur dan Wikandari, 2000). 
Konstruktivisme
            Konstruktivisme adalah teori yang menyatakan bahwa untuk memahami suatu konsep / ide-ide yang diperlukan, siswa harus mengkonstruksi sendiri. Teori ini dikembangkan secara terpisah oleh Jean Piaget Lev Vygotsky. Terkait dengan konstruktivisme, Handayanto (2004) menekankan beberapa point yang perlu mendapat perhatian yakni :
  1. Prinsip konstruktivisme menyatakan bahwa aktivitas harus selalu mendahului analisis. Dengan perkataan lain pengalaman dan refleksi terhadap pengalaman adalah kunci belajar bermakna, dan selanjutnya diikuti dengan analisis atau pemikiran reflektif.
  2. Perkembangan dan belajar anak dapat dikonsepkan dalam bentuk the Zone of Proximal Development (ZPD), yang merupakan kontinum perilaku dari ujung kinerja anak yang memerlukan bantuan ke ujung kinerja anak yang mandiri.
  3. Mengajar adalah menata lingkungan belajar yang mendukung terjadinya proses belajar alami yang memberi peluang munculnya berbagai alternatif pengalaman dan perspektif pemecahan masalah yang beragam.
  4. Aktivitas belajar siswa harus lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan manipulatif  dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis, analitis, membandingkan, menggeneralisasi, memprediksi dan mengajukan hipotesis.
  5. Penilaian dilakukan dengan penekanan pada penyusunan makna secara aktif melibatkan proses terintegrasi, dengan menggunakan masalah dalam konteks nyata.
Learning Cycle
            Salah satu model pembelajaran yang didasarkan pada teori konstruktivisme adalah learning cycle. Menurut Fajaroh dan Dasna (2008) learning cycle (siklus belajar) adalah suatu model pembelajaran berpusat pada pembelajar (student centered) yang terdiri dari rangkaian tahap kegiatan (fase) terorganisasi agar pembelajar dapat menguasai sejumlah kompetensi pembelajaran dengan berperan secara aktif. Carin (1993) menyatakan learning cycle terdiri dari 3 tahap pembelajaran yaitu eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application).
            Handayanto (2004) menyatakan tiap tahap pembelajaran merupakan pengejawantahan dari prinsip atau konsep dasar konstruktivisme. Tahap eksplorasi mewahanai prinsip aktivitas selalu mendahului analisis. Dari tahap ini guru dapat mengetahui tingkat perkembangan kognitif anak dan posisinya dalam the zone of proximal development (ZPD). Semakin mandiri siswa semakin sedikit/minimal kebutuhan akan bimbingan guru. Pada tahap eksplorasi ini siswa diberi kesempatan menggunakan panca indranya dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan pengamatan, pengelompokan, dan mengkaitkan obyek-obyek yang telah disiapkan guru. Guru bertugas memfasilitasi aktivitas dengan memantapkan alasan untuk eksplorasi ide-ide baru. Tahap eksplorasi juga mewahanai proses belajar alami yang memberi peluang munculnya berbagai alternatif pengalaman dan perspektif pemecahan masalah yang beragam. Dari kegiatan eksplorasi ini akan dihasilkan sejumlah temuan / gagasan / ide yang akan ditindaklanjuti pada fase berikutnya.
            Tahap pengenalan konsep mewahanai prinsip penekanan pada keterampilan berpikir kritis, analisis, membandingkan, dan menggeneralisasi. Pada tahap ini gagasan-gagasan yang dihasilkan siswa pada fase eksplorasi dipakai sebagai dasar untuk memperkenalkan teori atau konsep ilmiah yang terkait. Meski demikian uraian ilmiah tersebut dibuat singkat dan selanjutnya guru harus segera berpindah ke fase berikutnya. Hal ini untuk menjaga konsistensi peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai aktor.
            Tahap penerapan konsep merupakan pengejawantahan penyusunan makna secara aktif yang melibatkan keterampilan terintegrasi dengan menggunakan masalah dalam konteks nyata. Pada tahap ini siswa diatur dalam kelompok-kelompok kecil yang terlibat secara aktif dalam kegiatan menerapkan dan memperluas pengetahuan yang baru dipelajari ke dalam situasi / konteks baru, seperti problem solving, percobaan lebih lanjut atau kegiatan yang lain. Tahap ini akan membawa siswa memahami konsep dengan benar dan memotivasi siswa karena mengetahui aspek kemanfaatan / penerapannya.
            Menurut Fajaroh dan Dasna (2008) learning cycle yang semula terdiri tiga fase kemudian dikembangkan menjadi 5 hingga 6 fase. Pada learning cycle 5 fase, ditambahkan tahap engagement sebelum eksplorasi dan di bagian akhir siklus ditambah evaluation. Pada learning cycle 6 fase selain penambahan di atas juga ditambahkan tahap identifikasi tujuan pembelajaran pada awal kegiatan. Tahap engagement bertujuan mempersiapkan siswa agar terkondisi menempuh fase berikutnya dengan cara mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka, dan untuk mengetahui adanya miskonsepsi. Dalam fase engagement minat dan keingintahuan siswa terhadap topik pelajaran berusaha dibangkitkan. Siswa diminta membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan pada tahap eksplorasi. Tahap evaluasi digunakan untuk mengukur efektivitas fase-fase sebelumnya dan pengetahuan, konsep atau kompetensi siswa dalam konteks baru (Fajaroh dan Dasna, 2008).
            Soebagio (dalam Fajaroh dan Dasna, 2008) menyatakan bahwa ada sejumlah keuntungan penerapan strategi siklus belajar :
  1. meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar terlibat secara aktif dalam pembelajaran
  2. membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa
  3. pembelajaran menjadi lebih bermakna
  4. memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru merancang kegiatan pembelajaran
Meski demikian penerapan strategi ini diperkirakan mengandung kelemahan berikut :
  1. efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran
  2. menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
  3. memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
  4. memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran
Persiapan Penerapan Learning Cycle
            Untuk menerapkan learning cycle di kelas diperlukan kondisi kondusif berupa dukungan kerjasama berbagai pihak terkait, seperti kepala sekolah dan guru. Penerapan     
learning cycle perlu dipersiapkan dengan matang dari awal hingga akhir kegiatan. Agar berlangsung secara optimal dan dapat dimonitor dengan baik penerapan learning cycle perlu dilaksanakan secara bersama dalam suatu tim kolaboratif. Menurut SEDL (2008) ada enam langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan learning cycle dengan baik yaitu :
1.   Mempelajari. Para guru perlu bekerja dalam tim perencanaan secara kolaboratif untuk menguji dan mendiskusikan hasil belajar yang diharapkan dari standar yang sudah dipilih.
2.    Memilih. Para guru perlu bekerja dalam tim kolaboratif memilih strategi pembelajaran, sumber daya dan teknik penilaian yang tepat untuk meningkatkan pembelajaran.
3.     Merencanakan. Para guru perlu bekerja dalam tim kolaboratif mengembangkan rencana umum yang menguraikan sasaran hasil belajar, alat dan bahan yang digunakan, prosedur, waktu, aktivitas yang akan dilakukan, dan bukti / hasil kerja yang harus dikumpulkan siswa.
4.  Menerapkan. Para guru perlu bekerja dalam tim kolaboratif menyampaikan pelajaran, mencatat keberhasilan dan tantangan pelaksanaan, dan mengumpulkan bukti belajar siswa.
5. Menganalisis. Para guru perlu bekerja dalam tim kolaboratif menguji pekerjaan siswa dan mendiskusikan pemahaman siswa atas standar yang telah ditetapkan.
6.   Melakukan penyesuaian. Para guru bekerja dalam tim kolaboratif mendiskusikan strategi pembelajaran alternatif atau memodifikasi yang mungkin lebih baik / sesuai untuk peningkatan pembelajaran siswa.
Martin (1996) menyatakan perencanaan pelaksanaan learning cycle  di kelas dapat dibantu dengan sejumlah pertanyaan pemandu sebagai berikut :
1.      Perencanaan eksplorasi siswa memakai pertanyaan pemandu :
-          Apa yang ingin saya ajarkan ke siswa ? (tujuan, sasaran, sikap, proses, produk)
-          Konsep apa yang akan ditemukan ? (produk IPA)
-          Aktivitas apa yang harus dikerjakan siswa untuk menemukan dan membentuk data yang diperlukan ? (proses, informasi, menjawab pertanyaan)
-          Observasi / catatan apa saja yang harus dibuat siswa ? (ketrampilan proses)
-          Pengajaran dan dorongan/semangat apa saja yang dibutuhkan siswa ? (sikap)
2.   Perencanaan pengenalan konsep :
-     Informasi / temuan apa saja yang diharapkan siswa untuk tersedia ? (produk, ketrampilan proses)
-     Bagaimana temuan siswa dari fase eksplorasi ditinjau dan diringkas ? (pertanyaan guru, diskusi murid, grafik, papan kerja)
-     Bagaimana saya dapat menggunakan temuan dan bagian dari kuis/ulangan siswa, meski temuan / jawaban mereka salah atau tidak lengkap ? (pertanyaan guru, konstruksi terbimbing, sikap)
-     Label atau istilah apa yang harus diberikan (dibubuhkan) pada konsep ? (produk)
-     Apa alasan yang dapat saya berikan jika siswa bertanya mengapa konsep ini penting ? (penjelasan guru, perluasan pelajaran)
3.   Perencanaan aplikasi konsep
-   Apa pengalaman sebelumnya yang dimiliki siswa yang terkait konsep ? Bagaimana saya dapat menghubungkan konsep dengan pengalaman ini ? (aktivitas baru, pertanyaan)
-    Apa contoh-contoh tentang bagaimana konsep dan aktivitas yang mendorong kemampuan inkuiri IPA siswa ? (aktivitas pembelajaran, pertanyaan)
-     Contoh apa yang dapat digunakan mengilustrasikan hubungan timbal balik IPA dan teknologi tiap masyarakat dan kualitas / problem kehidupan ? (diskusi, membaca, penggunaan multimedia, proyek kelas)
-  Dengan cara apa IPA telah dimanfaatkan siswa secara personal ? (proyek kelas, pertanyaan reflektif)
-  Apa contoh yang menujukkkan IPA telah mempengaruhi masyarakat, kebijakan, dan hukum mereka ? (terkait dengan studi sosial, berbagai kejadian akhir-akhir ini)
-   Pengalaman baru apa yang diperlukan siswa agar dapat mengembangkan konsep ? (proses, sikap, aktivitas)
-    Konsep baru apa yang berhubungan dengan konsep yang telah diberikan ? Bagaimana saya dapat mendorong eksplorasi konsep baru ? (produk, proses)
Penerapan Learning Cycle pada IPA
            Makin kuatnya dominasi konstruktivisme sebagai landasan utama pembelajaran IPA di sekolah adalah sesuatu yang niscaya. Karenanya learning cycle sebagai salah satu model pembelajaran yang menganut konstruktivisme makin mendapat perhatian dan banyak diterapkan guru IPA di kelas.
            Berikut ini disajikan beberapa contoh penerapan learning cycle pada IPA (Martin, 1996) :
1.      Fotosintesis Tumbuhan
Konsep yang akan ditemukan :
Ide utama : Tumbuhan dapat membuat makanan sendiri melalui proses yang disebut fotosintesis.
Konsep penting untuk perluasan :
Benih, embun, klorofil, rancangan penyelidikan
Alat dan bahan yang diperlukan :
Untuk eksplorasi : (tiap kelompok siswa)
- benih lobak
- 1 lembar aluminium foil
- 2 kantong Ziploc (ukuran lebih besar)               
- penggaris
- 2 lembar kertas tisu
Tindakan pengamanan : Jangan memasukkan sesuatu dalam mulut. Hindari memakan daun atau biji tumbuhan. Jangan bermain dengan kantong plastik, jauhkan dari wajah!
1) Eksplorasi : Kemampuan proses mana yang akan digunakan ?
Memprediksi, observasi, inferensi, mengontrol variabel, eksperimen, mengurangi kesalahan eksperimen, analisis.
Apa yang akan dikerjakan siswa ?
Sediakan sejumlah benih lobak, 2 kantong Ziploc, 2 lembar kertas tisu dan selembar aluminium foil untuk tiap kelompok. Siswa diminta mendesain cara agar mereka dapat menggunakan alat dan bahan yang tersedia untuk membandingkan pertumbuhan benih lobak. Jelaskan pada siswa bahwa variabel manipulasi pada eksperimen ini adalah cahaya. Faktor-faktor lain yang dimungkinkan berpengaruh harus dikontrol tetap. Siswa perlu menuliskan metode yang akan digunakan tanpa bimbingan guru, dan diberi kesempatan bekerja sesuai rancangannya. Kesalahan yang dilakukan siswa adalah bagian dari upaya menghasilkam temuan / gagasan yang diperlukan. Guru perlu memeriksa kantong tak tertutup siswa setiap hari untuk memastikan tumbuhnya daun dan membandingkan kedua lingkungannya.
2) Pengenalan Konsep : Apa ide utamanya ? Bagaimana ide utama dapat dibentuk ?
Konsep : Fotosintesis adalah proses sel tumbuhan berklorofil memproduksi karbohidarat dan oksigen dari karbondioksida dan air memakai energi cahaya matahari. Dengan perkataan lain cara tumbuhan hijau membuat makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari.
            Apakah siswa sudah berpartisipasi pada pengumpulan data ? Dimanakah kamu menempatkan kantongmu dalam ruangan ? Apakah keduanya diletakkan di tempat yang sama ? Berapakah jumlah benih lobak yang kamu gunakan ? Apakah semuanya dijaga / diatur tetap konstan ? Apakah penting menjaga jumlah tetap sama ? Mengapa ? Apa yang terjadi di bagian dalam kedua kantong  kamu ? Apakah seperi yang kamu perkirakan ? Jika benar, dapatkah kamu menjelaskan ? Jika tidak, mengapa ? Apakah kecambah lobak dapat tumbuh pada kedua lingkungan (tertutup dan terbuka) ? Apa warnanya ? Manakah lingkungan yang lebih baik  ? Dari mana daun-daun hijau datang ? Warna apa yang dibuat ? Apakah tumbuhan memiliki pigmen ? Adakah seseorang yang tahu nama pigmen yang membuat tumbuhan hijau ? Berdasar hasil eksperimen dapatkah kamu menentukan apa yang dilakukan klorofil terhadap tumbuhan ? Disebut apakah proses itu ?
3). Aplikasi konsep : Manakah kemampuan proses yang akan digunakan ?
Eksperimen, mengajukan hipotesis, prediksi observasi, analisis, mengontrol variabel, inferensi dan mencatat data.
Bagaimana cara ide-ide diperluas ?
Siswa diminta merancang eksperimen lain yaitu benih tumbuhan ditanam di tanah dan ditutup kantong ? Cahaya tetap digunakan sebagai variabel manipulasi. Siswa diminta memprediksi akibatnya, merencanakan dan mencatat metode, serta bekerja sesuai rancangannya. Ketika benih yang satu terkena cahaya dan mulai berkecambah, bandingkan akibatnya dengan kantong eksperimen ! Apakah prediksimu tepat ? Mengapa kamu berpikir akan menghasilkan akibat yang sama?  Apakah fotosintesis terjadi pada pot tertutup ? Mengapa ? Lanjutkan pengukuran dan pencatatan data pertumbuhan tanaman selama satu bulan !
IPA dalam Perspektif Personal dan Sosial
-          Bagaimana cara tanaman membantu manusia bertahan di planet ini ?
-          Dapatkah kehidupanmu menjadi menjadi lebih baik/menyenangkan tanpa tanaman?
IPA dan Teknologi
-          Apakah pendapatmu atas penebangan hutan hujan tropis yang digunakan sebagai lahan hidup dan bertani di sejumlah negara ? Apakah hal ini menjadi perhatianmu ? Teknologi apakah yang dapat digunakan sebagai solusinya ?
-          Apakah keuntungan yang diperoleh orang bertanam secara hidroponik ?
IPA sebagai Inkuiri
-          Konsep-konsep baru dapat digunakan lebih lanjut sebagai inkuiri termasuk tingkat pertumbuhan, bentuk daun, dan lain-lain.
-          Dapatkah fotosintesis terjadi jika tumbuhan tidak berklorofil ?
-          Dapatkah fotosintesis terjadi pada tumbuhan yang tumbuh di dasar laut ?
Sejarah dan Sifat IPA
-          Apakah sumbangan industri pertanian terhadap kehidupan kita sehari-hari ? Pada kehidupan manusia di bumi yang akan datang dan 100 tahun lagi ?
-          Siapakah Gregor Mendel (1822-1884) ? Bagaimanakah pengetahuan tentang fotosintesis membuka lapangan yang sama sekali baru, yakni genetika   ?
2.   Pemanasan Matahari
Konsep yang akan ditemukan :
Ide utama : Permukaan bumi mengalami panas yang tidak sama.
Konsep penting untuk perluasan :
Panas yang tidak merata menimbulkan angin dan menyebabkan terjadinya siklus air. Matahari sebagai sumber energi mempengaruhi cuaca di bumi.
Alat dan bahan yang diperlukan :
Untuk eksplorasi : (tiap kelompok siswa)
- 3 cangkir kertas (tahan air)                     - air
- tanah hitam                                             - 3 termometer
- pasir putih                                               - lampu belajar dengan bohlam 25 W
Untuk perluasan : (tiap kelompok siswa)
- 1 termometer
Tindakan pengamanan : Siswa harus berhati-hati ketika menggunakan lampu dan listrik !
1) Eksplorasi : Kemampuan proses mana yang akan digunakan ?
Observasi, memprediksi,  membandingkan, bertanya, deskripsi, manipulasi obyek/benda, pencatatan data.
Apa yang akan dikerjakan siswa ?
Siswa diminta mengisi tiga cangkir kertas masing-masing dengan bahan berbeda yaitu tanah hitam, pasir putih, dan air sedalam kira-kira 4 cm. Selanjutnya termometer ditancapkan/dipasang pada masing-masing bahan dalam cangkir dan dicatat suhunya. Secara bergantian ketiga cangkir disinari lampu belajar yang dipasang kira-kira pada jarak 15 cm di atasnya. Catat suhunya setelah 5 menit dan identifikasi bahan yang paling cepat memperoleh panas dan catat datanya. Prediksilah bahan apa yang lebih cepat melepas/mengeluarkan panas. Catat lagi suhunya setelah 10 menit. Apakah prediksimu benar ?
2) Pengenalan Konsep : Apa ide utamanya ? Bagaimana ide utama dapat dibentuk ?
Konsep : Permukaan bumi mengalami panas yang tidak sama.
Apakah jenis data yang kamu kumpulkan ? Apakah kamu memperoleh hasil seperti yang diprediksi ? Bagaimanakah aktivitas ini membantu kamu menjelaskan perbedaan panas yang dialami permukaan bumi ?
            Perhatikan lampu belajar yang menyinari tiap cangkir. Deskripsikan perbedaan permukaan tiap-tiap bahan ! Mengapa permukaan gelap lebih banyak menyerap panas matahari ? Apakah permukaan terang juga banyak menyerap panas seperti permukaan yang gelap ?
3). Aplikasi konsep : Manakah kemampuan proses yang akan digunakan ?
Observasi, prediksi,  membandingkan, manipulasi benda, mencatat data dan mengajukan hipotesis.
Bagaimana cara ide-ide diperluas ?
Ajaklah siswa berpikir dimana sebaiknya termometer dipasang untuk mengukur suhu udara setiap hari. Suruhlah siswa memprediksi dan mencatat suhu udara pada batu-batu beraspal, rumput, bagian teduh suatu pohon, daerah berpasir, daerah berkerikil. Ambillah data suhu udara tepat di permukaan tanah dan 1 meter di atasnya. Apakah hal ini terdapat perbedaan ? Apakah sepanjang waktu dalam sehari ada perbedaan ?
Apakah siswa sudah mencatat suhu udara di berbagai tempat pada selang tiap waktu tertentu di hari-hari sekolah mereka ? Manakah yang menghasilkan pembacaan yang lebih akurat terhadap suhu udara yang sesungguhnya ? Melalui kesepakatan kelas perlu ditentukan sejumlah lokasi dan waktu  tetap yang harus digunakan mengambil data suhu udara untuk membuat catatan cuaca bagi kelas tersebut. Siswa dapat melakukan praktek pembacaan suhu dalam derajat Celsius dan derajat Fahrenhit.
IPA dalam Perspektif Personal dan Sosial
-          Adakah cara untuk tinggal di tempat yang dingin di hari yang panas atau memperoleh kondisi hangat di hari yang dingin ?
-  Mengapa kolam renang, kolam, danau dan laut merupakan tempat yang tepat untuk menyejukkan/mendinginkan badan ?
-  Jenis pakaian apakah yang akan menjaga kamu tetap dingin (sejuk) pada musim kemarau ? Jenis pakaian apakah yang akan menjaga kamu tetap hangat pada musim penghujan ? Mengapa ?
IPA dan Teknologi
-   Bagaimana usaha kita untuk mengontrol suhu dalam rumah ? Apa sajakah jenis sistem pemanas dan pendingin yang kita gunakan ?
-  Apakah alternatif sumber energi selain bahan bakar minyak yang akan terus kita kembangkan ? Bagaimana efisiensinya menurutmu ?
IPA sebagai Inkuiri
-  Selain dipengaruhi oleh perbedaan warna permukaan bumi, suhu udara juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Diskusikan bagaimana hal-hal berikut ini dapat mempengaruhi suhu udara : angin, lindungan/tertutup awan, waktu dalam sehari, waktu dalam setahun, garis lintang, ketinggian, laut atau genangan air yang luas !
- Pada suhu berapa derajat Celsius air membeku ? Air mendidih ? Pada suhu berapa derajat menurut Fahrenhit ?
Sejarah dan Sifat IPA
-  Siapakah yang membantu menyuplai energi untuk mengatur rumah kita tetap dingin di musim kemarau dan tetap hangat di musim penghujan ? (pekerja tambang batubara, penebang pohon, pekerja minyak di lapangan, operator pembangkit daya, pekerja pengatur panas dan ventilasi AC, dan lain-lain). Pilihlah salah satu pekerjaan dan identifikasi bagaimana mereka menyuplai energi. Apa bahan baku yang mereka butuhkan untuk bekerja ?
Penutup
            Sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran, learning cycle menawarkan satu model pembelajaran yang sesuai untuk IPA. Langkah-langkah pembelajaran yang digunakan lebih bersifat student-centered, dengan tetap memberi kesempatan guru untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran. Guru lebih berperan sebagai fasilitator, bukan aktor utama yang mendominasi seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran.           
    Meski terdapat banyak kelebihan, penerapan model pembelajaran ini juga mengandung sejumlah kelemahan. Oleh sebab itu persiapan yang matang perlu dilakukan untuk memperoleh hasil optimal. Satu hal penting yang juga perlu dicermati adalah peran guru sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru harus mengetahui tingkat kemandirian belajar siswa. Semakin tidak mandiri siswa semakin banyak guru memberikan bimbingan demi terlaksananya tahap-tahap pembelajaran yang telah ditentukan. Sebaliknya semakin mandiri siswa, bimbingan guru semakin sedikit diperlukan.

Daftar Pustaka

Carin, Arthur R. 1993. Teaching Modern Science. New York : Macmillan Publishing Company

Fajaroh, Fauziatul dan Dasna, I Wayan. 2008. Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). http://sahaka.multiply.com/journal/item/29. Diakses 11 Mei 2008

Handayanto, Supriyono K. 2004. Pembelajaran Sains Berbasis Teori Konstruktivisme. Surabaya : Jurnal Gentengkali. Vol.6 Th.2004

Martin, Ralph (et.al). 1996. Teaching Science for All Children. Second Edition. Boston : Allyn and Bacon, Inc.

Nur Muhamad dan Wikandari, Prima Retno. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya : Pusat Studi MIPA UNESA

SEDL. Institut of Education Sciences. U.S. Departement of Education. 2008. The Professional Teaching and Learning Cycle : Introduction. http://txcc.sedl.org/resources/working_systemically/ptlc-intro.pdf

*)Dhadhang Eko Yulianto, S.Pd,  guru SMP Negeri 1 Lenteng – Sumenep – Jawa Timur

0 komentar:

Translate

Pengunjung

free counters